Berutang sesuai Rasio dan Aturan Main
September 6, 2009 at 7:55 am | Posted in Keuangan Keluarga | 2 CommentsTags: Adler H Manurung, Aturan Main, Berutang, Financial Check Up, Penghasilan, Penghasilan Bersih, Rasio Utang, Safir Senduk, Total Aset
Berutang sesuai Rasio dan Aturan Main
Bulan ini saya mulai membayar angsuran untuk pinjaman di bank yang saya gunakan untuk membeli tanah. Angsuran ini dipotong langsung dari rekening bank mandiri saya dan menambah beban angsuran sebelumnya untuk kredit kepemilikan mobil. Sampai saat ini, utang terbesar saya adalah utang untuk membeli tanah dan membeli mobil, yang keduanya saya lakukan dalam rentang waktu 1,5 tahun dengan lama utang 5 dan 4 tahun.
Menurut Adler H Manurung ada beberapa aturan main dalam berutang, antara lain:
1. Rasio utang dengan penghasilan
2. Rasio utang terhadap total aset
3. Rasio penghasilan bersih terhadap pembayaran utang.
Perbandingan Utang dengan Penghasilan
Sumber: ehow
Saya akan mencoba membuat financial check up terhadap kondisi keuangan dan utang-utang saya menggunakan aturan main di atas dalam tulisan saya di bawah ini, hasilnya nanti akan saya gunakan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan merubah strategi agar sesuai dengan aturan main yang ada.
Utang-utang yang Dibutuhkan
August 23, 2009 at 12:26 am | Posted in Keuangan Keluarga | 22 CommentsTags: Bank Mandiri, Kosudgama, Liability, Pendapatan, Rasio Hutang, Rasio Utang, Utang, Utang Konsumtif, Utang Produktif
Utang-utang yang Dibutuhkan
Dulu, saya membayangkan seandainya punya gaji X,x juta/ bulan, maka tidak perlu utang lagi untuk memiliki sesuatu, tinggal menabung dan membeli sesuatu ketika tabungan sudah mencukupi untuk membeli barang yang kita inginkan. Bayangan saya ini terbukti sampai saat saya punya satu orang anak dan kemudian saya pindah menjadi pekerja permanen. Waktu anak saya umur tiga bulan dan saya pindah ke Caltex [sekarang Chevron], saya tidak memiliki utang [termasuk kartu kredit] dan memiliki beberapa juta tabungan.
Sampai suatu saat, saya terbentur bawa ada beberapa barang yang tidak bisa kami beli cash, namun saya tetap bersikeras untuk mengumpulkan uang dulu untuk membelinya. Unfortunately, tetap saja tabungan kami belum cukup untuk membelinya, sehingga saya terpaksa atau memaksakan diri untuk membelinya dengan kredit atau dengan skema pembayaran melalui bank.
Hutang (Source : Public Financial Management Blog )
Barang pertama yang saya beli melalui skema ini, yaitu mobil untuk keperluan transportasi ketika Afa sudah akan sekolah. Awalnya saya berencana memakai uang saving plan untuk membeli cash mobil, namun kemudian diveto oleh Ibunya Afa, uang saving plan dialokasikan untuk pendidikan anak-anak kami. Akhirnya saya mengalah dan membeli mobil dengan skema pembayaran bank. Cerita mengenai pembelia mobil ini ada di sini jogJAZZkarta.
Create a free website or blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.